Gen-Z and 21-st Century Skills: Misi Gotong Royong Pegiat Pendidikan !

 


Kontributor: Muhammad Rafi Sofyan Putra/ English Education Program, Faculty of Education, University of Jember.

EoRedaction, Opini - Generasi Z atau yang akrab dengan zillenials, nada-nadanya sering tergaung di kalangan pemuda. Tapi, dibalik hal itu, populasi zillenials yang rata-rata masih menempuh pendidikan. Lantas, bagaimana mereka mampu survive di era disrupsi dan perkembangan dunia yang begitu pesat ?

Dilansir dari riset brainacademy, gen-z merupakan anak dengan rentang kelahiran tahun 1995-2010. Dekat-dekat ini berbagai media lintas sektor, baik itu pendidikan, ekonomi global, lingkungan hidup, politik, hingga hukum banyak digemari para zillenials, bahkan banyak diantara mereka yang menjadi pegiat didalamnya.

Dengan begitu pesatnya peminatan zillenials dengan kajian dan gerakan multisektor, tentu hal ini merupakan prestasi gemilang yang berangkat dari niat para kaula muda. Tetapi, dibalik itu scaffolding konstruktif yakni track record pendidikan, pengasahan keilmuan, hingga kecerdasan sosial tentu harus juga dikuatkan.

Kebutuhan 21-st century atau dunia abad ke-21 untuk mewujudkan lifelong learning kompleks, dari mulai penajaman Intellegence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Social Qoutient (SQ). Sedang turunannya, ada 3 komponen utama, yakni foundational Literacies, competencies, dan character qualities. 

Dilansir dari, life long learning 3 komponen tersebut diantaranya, foundational literacies menakar kemampuan zillenials dalam hal (literacy, numeracy, scientific, ict literacy, financial literacy, dan cultural civic literacy). Selanjutnya dalam competencies (critical thinking/problem solving, creativity, communication, collaboration). Lalu yang utama adalah character qualities (Curiosity, initiative, persistance, adaptability, leadership, dan socio cultural awareness). Ketiga komponen tersebut merupakan rajutan penguat IQ, EQ, dan SQ para zillenials yang dekat-dekat ini senang berperan di beberapa bidang. 

Lantas, apakah kesendirian mampu merumuskan ataupun berperan lintas sektor?

Tentu tidak, rumusan bijak adalah gotong-royong, kolaborasi antar zillenials untuk mengisi sektor yang didambakan para regenerator. Indonesia mengalami bonus demografi, ditandai dengan millenials dan zillenials yang diprediksi akan masuk di usia produktifnya, selain itu bertepatan dengan momen 1 Abad Indonesia. Elemen ini merupakan kebahagiaan sekaligus momen belajar berperan yang penting diisi para pemuda.

Kata Darwin, "yang mampu bertahan hidup bukanlah yang paling kuat dan paling pintar tapi yang paling responsif terhadap perubahan." 

Zillenials pesat transformatif dengan kolaborasi dan aksi, penulis sering mengatakan kolaboraksi yakni combination dari fikrah dan aksi. Terkenal dengan R-Move, Rafi Sofyan sebagai Mahasiswa, pengelola wisata edukasi omah raja domba, kampung kopi pelita, juga sebagai aktivis pendidikan dan lingkungan, penulis bersepakat bahwa gotong-royong dan karakter yang baik akan mampu bertahan dari derasnya perkembangan zaman.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال