Mengapa
Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara?
Disamping
mendirikan sekolah Taman Siswa KHD juga mencetuskan semboyan Pendidikan Tut
Wuri Handayani yang isinya: Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan Pendidikan
memberi teladan yang baik, Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau
diantara murid pendidik harus menciptakan prakarsa atau ide), Tut Wuri
Handayani (pendidik harus memberi dorongan dan arahan). Semboyan ini
menjadi logo utama Kemendikbudristek RI sampai saat ini.
KHD
melakukan inovasi Pendidikan dengan memadupadankan Pendidikan bergaya eropa
dengan Pendidikan tradisional. Ia menumbuhkan kesadaran para murid pribumi atas
hak – hak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Asas Pendidikan pada
Sekolah Taman Siswa diadaptasi dengan Pendidikan masa kini dalam merdeka
belajar.
Konsep
Pendidikan yang digagas KHD sesuai dengan kearifan, budaya, kebutuhan murid di Indonesia
saat ini. Konsep ini kiranya mampu mengubah Pendidikan di Indonesia yang sebelumnya
dianggap kaku, menyamaratakan kodrat murid, memaksa murid belajar tanpa mengetahui
manfaat belajarnya, dan guru hanya memberikan nilai berupa angka saja dari
ujian. Padahal disisi lain potensi – potensi murid yang khusus belum dinilai.
Bagaimana
Filosofi Pendidikan KHD mengantarkan murid untuk selamat dan bahagia?
KHD
menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun semua potensi yang dimiliki
oleh murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Pada
kegiatan pembelajaran guru menjadikan murid sebagai subjek, bukan objek. Guru juga
bertindak sebagai fasilitator dalam belajar. Agar menjadi fasilitator yang baik
guru menyesuaikan kebutuhan belajar murid untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Guru sebaiknya memunculkan atmosfer kebahagiaan agar murid senang untuk belajar
sehingga mereka akan menjadi pelajar sepanjang hayat.
Konsep
mendidik anak sesuai dengan zamannya juga disampaikan dalam sabda Nabi Muhammad
SAW: " Ajarilah anak - anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka
hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". (H.R. Ali
Bin Abi Thalib).
Pendidik
sudah tidak relevan jika mengatakan: “pada zaman dulu saya belajarnya....,
namun murid sekarang belajarnya....”. Zaman sudah berbeda pada setiap generasi.
Pendidik harus memahami bahwa: Perspektif pendidik tidak selalu sama dengan
perspektif murid. Gurulah yang perlu mempelajari karakter murid pada zamannya.
Bagaimana
relevansi filosofi Pendidikan KHD dengan karakter Gen Z?
Hasil
sensus penduduk pada tahun 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia
sebagian besar berasal dari generasi Z/Gen Z. Generasi Z lahir antara tahun 1997
– 2012, usia sekarang 12 – 27 tahun. Meraka sekarang murid SMP/MTS –
SMA/SMK/MA/MAK – Mahasiswa. Generasi ini yang perlu kita perhatikan untuk
mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.
Memahami
karakter gen Z mereka berbeda dengan karakter generasi sebelumnya (generasi
baby boomer, gen X dan milenial). Karakter gen Z melekat dengan media sosial
dan keterhubungan dengan orang lain tanpa batas ruang dan waktu. Yang perlu
kita fokuskan salah satunya adalah suatu kesenjangan life skill generasi
Z dengan generasi sebelumnya (generasi milenial yang menjadi penggerak
masyarakat sekarang), seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja,
keterampilan teknis dan berfikir kritis. Keterampilan di atas perlu intens kita
latihkan. Budaya positif menjadi pendekatan efektif penanaman karakter pada generasi
Z. Mereka bersifat open mindset (karena terhubung dengan banyak orang).
Mereka mampu mencari solusi masalahnya melalui kemampuannya berliterasi
digital. Mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri (Do It Yourself).
Pendidik harus lebih banyak mendengar dan menyesuaikan kebutuhan belajar. Pendidikan
harus memberikan murid kebebasan untuk belajar, berpikir dan berkolaborasi.
Guru sebagai among (penuntun) agar murid tidak tersesat dan tetap berperilaku
sesuai kesusilaan manusia.