Merdeka Belajar Dari Filosofi Pendidikan KHD Hingga Karakter Gen Z



BONDOWOSO, REDACTION - Program merdeka belajar mentransformasi fungsi pendidikan yaitu mengantarkan murid agar siap hidup di masa depan. Memberikan kepercayaan kepada murid bahwa masa depan mereka akan mampu mengisi zamannya dan mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Dalam hal ini kemerdakaan murid dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Menteri Pendidikan Indonesia Nadiem Anwar Makarim meluncurkan program merdeka belajar sebagai upaya mewujudkan kemerdekaan murid dalam belajar. Merdeka belajar berarti murid memiliki kebebasan untuk berfikir dan berekspresi sesuai dengan fase perkembangan berfikirnya dan sesuai dengan potensi – potensi kodrat murid yang diberikan oleh Tuhan YME. 

Mengapa Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara?

Jejak Ki Hajar Dewantara dalam memajukan Pendidikan Indonesia dengan semangat yang kuat mampu menstransformasi pendidikan pada zaman itu. Pada masa sebelum kemerdekaan saat itu belum terbentuknya persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia secara kuat. Perjuangan KHD memajukan Pendidikan Indonesia dengan mendirikan sekolah bernama Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922. Keberhasilannya memberikan hak pendidikan yang sama pada rakyat pribumi menjadi sebuah transformasi Pendidikan pada saat itu.

Disamping mendirikan sekolah Taman Siswa KHD juga mencetuskan semboyan Pendidikan Tut Wuri Handayani yang isinya: Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan Pendidikan memberi teladan yang baik, Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau diantara murid pendidik harus menciptakan prakarsa atau ide), Tut Wuri Handayani (pendidik harus memberi dorongan dan arahan). Semboyan ini menjadi logo utama Kemendikbudristek RI sampai saat ini.

KHD melakukan inovasi Pendidikan dengan memadupadankan Pendidikan bergaya eropa dengan Pendidikan tradisional. Ia menumbuhkan kesadaran para murid pribumi atas hak – hak mereka mendapatkan pendidikan yang layak. Asas Pendidikan pada Sekolah Taman Siswa diadaptasi dengan Pendidikan masa kini dalam merdeka belajar.

Konsep Pendidikan yang digagas KHD sesuai dengan kearifan, budaya, kebutuhan murid di Indonesia saat ini. Konsep ini kiranya mampu mengubah Pendidikan di Indonesia yang sebelumnya dianggap kaku, menyamaratakan kodrat murid, memaksa murid belajar tanpa mengetahui manfaat belajarnya, dan guru hanya memberikan nilai berupa angka saja dari ujian. Padahal disisi lain potensi – potensi murid yang khusus belum dinilai.

Bagaimana Filosofi Pendidikan KHD mengantarkan murid untuk selamat dan bahagia?

KHD menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah menuntun semua potensi yang dimiliki oleh murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Pada kegiatan pembelajaran guru menjadikan murid sebagai subjek, bukan objek. Guru juga bertindak sebagai fasilitator dalam belajar. Agar menjadi fasilitator yang baik guru menyesuaikan kebutuhan belajar murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebaiknya memunculkan atmosfer kebahagiaan agar murid senang untuk belajar sehingga mereka akan menjadi pelajar sepanjang hayat.

Konsep mendidik anak sesuai dengan zamannya juga disampaikan dalam sabda Nabi Muhammad SAW: " Ajarilah anak - anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". (H.R. Ali Bin Abi Thalib).

Pendidik sudah tidak relevan jika mengatakan: “pada zaman dulu saya belajarnya...., namun murid sekarang belajarnya....”. Zaman sudah berbeda pada setiap generasi. Pendidik harus memahami bahwa: Perspektif pendidik tidak selalu sama dengan perspektif murid. Gurulah yang perlu mempelajari karakter murid pada zamannya.

Bagaimana relevansi filosofi Pendidikan KHD dengan karakter Gen Z?

Hasil sensus penduduk pada tahun 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia sebagian besar berasal dari generasi Z/Gen Z. Generasi Z lahir antara tahun 1997 – 2012, usia sekarang 12 – 27 tahun. Meraka sekarang murid SMP/MTS – SMA/SMK/MA/MAK – Mahasiswa. Generasi ini yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.

Memahami karakter gen Z mereka berbeda dengan karakter generasi sebelumnya (generasi baby boomer, gen X dan milenial). Karakter gen Z melekat dengan media sosial dan keterhubungan dengan orang lain tanpa batas ruang dan waktu. Yang perlu kita fokuskan salah satunya adalah suatu kesenjangan life skill generasi Z dengan generasi sebelumnya (generasi milenial yang menjadi penggerak masyarakat sekarang), seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis dan berfikir kritis. Keterampilan di atas perlu intens kita latihkan. Budaya positif menjadi pendekatan efektif penanaman karakter pada generasi Z. Mereka bersifat open mindset (karena terhubung dengan banyak orang). Mereka mampu mencari solusi masalahnya melalui kemampuannya berliterasi digital. Mereka dapat menyelesaikan masalahnya sendiri (Do It Yourself). Pendidik harus lebih banyak mendengar dan menyesuaikan kebutuhan belajar. Pendidikan harus memberikan murid kebebasan untuk belajar, berpikir dan berkolaborasi. Guru sebagai among (penuntun) agar murid tidak tersesat dan tetap berperilaku sesuai kesusilaan manusia.


*) Oleh: Iin Ernawati, M.Pd
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi https://eoredaction.com
**) My Opinion https://eoredaction.com terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 800 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa kami dihubungi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال