Eoredaction.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 sudah di depan mata. Namun, pesta demokrasi tahun ini tak seperti biasanya. Sebab, salah satu kunci kesuksesan demokrasi Indonesia terletak pada peran pemuda. Salah satunya adalah Mahasiswa, sebagai representasi generasi yang lebih terdidik, kritis, dan melek teknologi, memiliki peluang besar untuk membawa perubahan yang signifikan dalam lanskap politik dan demokrasi di negeri ini. Mengapa demikian? Karena hampir 60% anak muda dari jumlah penduduk Indonesia pada Pilkada 2024 akan menentukan hak pilihnya dan masa depan bangsanya.
Namun, apakah anak muda telah benar-benar siap? Apakah para generasi milenial ini siap memanfaatkan hak politik mereka dengan bijak, atau hanya sekadar jadi penonton dalam kontestasi politik yang akhirnya kondisinya terus berulang?
Pada era digitalisasi yang serba cepat dan canggih ini, pemuda memiliki akses informasi yang sangat leluasa dengan pemanfaatan media sosial yang semakin tidak bisa dibendung. Akselerasi informasi bisa didapatkan dengan cepat, berita politik misalnya yang bisa diakses dari berbagai sumber dalam hitungan detik.
Namun, ironisnya, di tengah arus informasi yang melimpah ini, banyak dari anak muda yang justru terjebak dalam disinformasi dan narasi-narasi manipulatif yang disebarkan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab (hoax).
- Baca Juga : Ibu Khofifah adalah Calon Gubernur Terbaik!
Maka, Mahasiswa sebagai anak muda dengan idealisme yang terus menjadi prinsip untuk memperjuangkan cita-cita kemerdekaan negara ini untuk lebih cerdas dalam berpolitik dan tidak mudah terbawa arus atau masuk ke dalam jurang.
Pilkada 2024 bukan sekadar momentum pergantian kepala daerah, tapi juga ujian besar bagi anak muda untuk membuktikan bahwa kita mampu berperan aktif dalam demokrasi yang sehat dan berintegritas serta sesuai dengan asas-asas yang telah diatur dalam undang-undang (Luber Jurdil).
Pemuda dan Tantangan Politik Praktis
Bukan rahasia lagi bahwa politik sering dianggap sebagai permainan kotor, penuh dengan intrik, janji-janji palsu, dan kepentingan sempit. Tidak sedikit mahasiswa yang merasa apatis terhadap politik karena citra buruk ini. Tetapi, mari kita tengok lebih dalam. Politik adalah alat, dan alat itu akan baik atau buruk tergantung pada siapa yang menggunakannya. Ketika pemuda yang memiliki semangat, integritas, dan visi untuk perubahan terlibat di dalamnya, politik bisa menjadi kekuatan besar untuk mewujudkan kesejahteraan publik.
Mahasiswa sebagai Agen of social control harus berani mengambil peran penting dalam politik praktis agar bisa mencegah black campaign dan lain sebagainya. Sehingga, kebebasan berpendapat tidak hanya sekedar menjadi untaian kalimat belaka. Namun, mulai tergerak serta ikut berpartisipasi mengawal demokrasi kedepan.
Keterlibatan akan membuat para Gen Z dan Milenial sadar bahwa salah satu cara paling efektif untuk mengubah keadaan adalah tidak lain menyelam pada dermaga (Politik Praktis) yang sering disalahpahami. Pemuda harus memiliki kesadaran bahwa setiap keputusan politik akan mempengaruhi masa depan mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak sekadar menjadi konsumen politik, melainkan juga aktor yang aktif dalam menentukan arah masa depan negara ini yang dihasilkan dari kerja-kerja politik. Diakui atau tidak, bahwa semua tidak terlepas dari proses politik sehingga muncul yang dikenal regulasi, kebijakan dan sebagainya.
Pendidikan Politik adalah Kunci Cerdas Berpolitik
Menjadi cerdas dalam berpolitik bukan hanya soal mengetahui siapa yang mencalonkan diri atau apa yang terjadi dalam panggung politik baik ditingkat daerah maupun nasional. Namun, memahami bagaimana politik bekerja, bagaimana kebijakan diambil, dan bagaimana keputusan tersebut akan berdampak pada kehidupan kita sehari-hari juga menjadi tanggung jawab besar yang diamanahkan pada pundak-pundak generasi muda ini. Sebagai mahasiswa, yang punya peluang dan memiliki akses baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, budaya dan sebagainya seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperluas pengetahuan politiknya dan memahami bagaimana kerja-kerja politik yang seyogyanya.
Pendidikan politik bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti membaca dan menganalisa berita tentang politik dari sumber yang kredibel, membaca literatur politik, hingga berdiskusi dengan para pakar politik, pengamat politik, pemerhati politik hinggga teman-teman di lingkungan yang sejalan dengan pola pikirnya. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri untuk memverifikasi informasi yang kita terima, terutama di media sosial. Jangan mudah terpancing dengan hoaks atau narasi provokatif yang hanya memperkeruh suasana publik. Sebab, kedepan problematika dalam dunia politik akan semakin kompleks. Maka, cerdaslah berpolitik sejak dini.
Jangan lupa, cerdas berpolitik juga berarti memahami nilai-nilai dasar demokrasi. Demokrasi bukan hanya tentang memilih pemimpin, tapi juga tentang menghargai perbedaan, mendukung kebebasan berpendapat, dan berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan. Pemuda harus menjadi agen perubahan yang tidak hanya kritis terhadap kebijakan yang salah, tetapi juga mampu menawarkan solusi yang konstruktif.
Menggalang Gerakan Kolektif: Dari Kampus ke Panggung Politik
Kampus adalah tempat yang ideal untuk melahirkan gagasan-gagasan besar dan gerakan sosial yang mampu membawa perubahan nyata. Sejarah membuktikan bahwa mahasiswa sering menjadi ujung tombak dalam berbagai perubahan politik di Indonesia, seperti Era Reformasi 1998. Saat ini, menjelang Pilkada 2024, mahasiswa harus kembali memanfaatkan potensi dan tanggung jawab besarnya sebagai agen perubahan. Jangan biarkan semangat juangnya redup hanya karena tergilas rutinitas akademik atau terpaku pada stigma negatif politik.
Sebab, Mahasiswa bisa membentuk aliansi atau komunitas yang bertujuan untuk mengedukasi pemuda lain tentang pentingnya partisipasi politik. Kampanye politik tidak harus selalu tentang dukungan terhadap calon tertentu, tetapi bisa juga berupa kampanye pendidikan politik yang mengajak masyarakat, khususnya pemuda, untuk lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan hak pilih mereka. Gerakan-gerakan ini bisa dimulai dari kampus, dan kemudian dieksplore kepada kepada masyarakat secara umum.
Jangan remehkan kekuatan kolektif pemuda. Ketika anak muda bersatu, akan menjadi kekuatan besar yang tidak bisa diabaikan dan dihambat oleh siapapun dan apapun. Dengan menggalang gerakan yang positif, pemuda bisa mendesak para calon pemimpin untuk lebih memperhatikan isu-isu yang relevan dengan kepentingan generasi muda, seperti pendidikan, lapangan kerja, dan teknologi serta program konkret khusus anak muda.
Berani Bertindak, Berani Mengambil Sikap
Partisipasi politik yang cerdas bukan hanya soal pemahaman, tapi juga soal tindakan. Tidak cukup hanya mengetahui apa yang terjadi di panggung politik, tetapi anak muda juga harus berani bertindak. Sebagai anak muda, kita harus berani menyuarakan pendapat, baik melalui media sosial, forum-forum diskusi, maupun aksi-aksi nyata seperti menyelenggarakan debat publik atau dialog dengan calon kepala daerah. Jangan biarkan politik menjadi monopoli segelintir elite, tetapi rebutlah ruang-ruang publik untuk menyuarakan kepentingan dan aspirasi rakyat.
Tentu, berani mengambil sikap berarti kita juga harus siap menghadapi risiko, seperti kritik, cibiran, atau bahkan perlawanan dari pihak-pihak yang tidak sejalan. Namun, inilah perjuangan yang tidak harus dibayar dengan harga untuk sebuah perubahan. Pemuda harus belajar untuk tidak takut pada kritik, karena justru dari sana kita bisa terus tumbuh dan berkembang dan berdampak untuk masa depan.
Pemuda adalah Masa Depan Demokrasi
Pilkada 2024 adalah kesempatan besar bagi pemuda, khususnya mahasiswa milenial, untuk menunjukkan bahwa kita adalah generasi yang peduli, cerdas, dan berani. Demokrasi yang sehat memerlukan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, dan pemuda adalah salah satu pilar utamanya. Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Mari kita jadikan Pilkada 2024 sebagai momentum untuk mengubah wajah politik Indonesia, dengan mengedepankan semangat juang, kecerdasan, dan keberanian dalam bertindak.
Pemuda, saatnya bangkit! Jangan hanya menjadi penonton, tetapi jadilah pelaku perubahan.***
Penulis : Lailatul Umi Masruroh, Presiden Mahasiswa STAI Al-Ustmani Bondowoso
Editor : Muhammad Nur Haris