EoRedaction, OPINI- Berbagai diskusi hingga pelosok Negeri banyak terdengar bahwa populasi pemuda adalah trend terkini dalam politik negeri. Lantas, dari sekian banyak komponen pendukung, akankah pemuda bisa menjadi gamechanger ?
Pemuda dapat diartikan sebagai orang yang sedang mengalami perkembangan fisik dan emosional dengan harapan menjadi generasi penerus bangsa. Tak hanya itu, pemuda merupakan sumber daya manusia yang memegang poin krusial bagi pembangunan bangsa, baik saat ini maupun di masa depan.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, pemuda adalah mereka yang berusia 16–30 tahun. Namun, menurut WHO, pemuda adalah seseorang yang berusia 10–24 tahun. Hal itu berkaitan erat dengan trend bonus demografi dengan sumber daya manusia utamanya populasi pemuda untuk mempercepat pembangunan bangsa.
Trend hari ini berkesinambungan dengan positioning pemuda dalam momentum Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) yang akan digelar tanggal 27 November 2024 mendatang. Massalnya populasi pemuda ditambah terkooptasi dengan komunitas dan organisasi membuat pemuda berada dalam posisi yang menguntungkan dalam trend politik saat ini.
Keuntungan itu, layak jika diranasikan menjadi sebuah gagasan kolektif oleh para pemuda untuk kemajuan suatu daerah hingga negara. Pemuda yang terkooptasi dengan organisasi dapat lebih mudah untuk merelease kajiannya untuk kemudian disampaikan kepada pihak yang memegang kekuasaan.
Kemudian, eskalasi menjelang pesta demokrasi 27 November mendatang membuka banyak kesempatan dalam hal keterlibatan pemuda untuk turut menjadi agen of change demi mencapai misi sustainable district & good government. Melalui kolaborasi lintas generasi, diyakini hal ini mewarnai panggung demokrasi yang lebih terbuka dan mendorong pemuda menyalurkan kapabilitasnya dalam segi ilmu, multidiscipline.
Akankah pemuda menjadi game changer dalam pesta demokrasi mendatang?
Rafi Sofyan